SOAL DAN JAWABAN MATERI PENDIDIKAN PANCASILA Contoh soal :






SOAL DAN JAWABAN MATERI PENDIDIKAN PANCASILA
Contoh soal :
1. Jelaskan secara kronologis sejarah perumusan dasar Negara Indonesia (pancasila) ?
= pancasila di bahas , di rumuskan , dan di sepakati oleh para pendiri Negara dalam rangka membentuk sebuah Negara nasional , yaitu Negara kesatuan republik Indonesia . oleh karena pancasila di rumuskan dan di putuskan dalam siding-sidang badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan panitia persiapan kemersekaan Indonesia (PPKI). Nilai nilai dasar yang terkandung dalam sila-sila pancasila secara lahiriah merupakan hasil mufakat para anggota kudua badan tersebut.
2. Pada hakekatnya pancasila mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai dasar Negara dan sebagai pandangan hidup bangsa. Jelaskan apa yang di maksud pancasila sebagai dasar Negara dan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa?
= a.pacasila seebagai pandangan hidup bangsa
pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi dan institusionalisasi dari nilai nilai yang di miliki, yang di yakini kebenaranya, dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya.
b. pancasila sebagai dasar negara
pancasila sebagai dasar negara, yaitu sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur Negara republic Indonesia beserta seluruh unsurnya ,yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah. Dan pancasila sebagai dasar Negara di sebut juga sebagai idiologi Negara.
3. Selain merupakan ideology tertutup, pancasila merupakan ideology terbuka. Jelaskan apa yang di maksud dengan pancasila sebagai ideology tertutup dan juga apa yang di maksud dengan pancasila sebagai ideology terbuka?
= a. ideologi tertup
yaitu ajaran atau pandangangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan tujuan dan norma norma politik dan social, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh di persoalkan kembali, melainkan harus di terima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus di patuhi.
b. ideologi terbuka
yaitu ideology yang dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman dan adanya dinamika secara internal.
4. Pada hakekatnya pancasila ialah sebagai filsafat bangsa, jelaskan apa yang di maksud dengan pancasila sebagai filsafat bangsa?
= Pada hakekatnya pancasila ialah sebagai filsafat bangsa yaitu kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa sepanjang sejarah (sejak jamn dulu kala.
5. Perbuatan perbuatan apa saja yang harus di lakukan  untuk  melaksanakan sila ketuhanan yang maha esa dan sila kemanusian yang adil  dan beradab dalam perilaku sehari hari?
= yaitu menjalankan perintah agama sesuai kepercaian yang di anutnya, sikap yang mencerminkan sila ke 2 tidak berisikap diskriminatif, melakukan manusia sebagai makhluk tuhan yang sama harkat martabatnya
6. Bagaimana hubungan proklamasi kemerdekaan RI 17-08-45 dengan pembukaan UUD 1945 dan dasar Negara RI?
= hubungan proklamasi kemerdekaan dengan UUD 45 adalah proklamasi kemerdekaan merupakan pernyataan bangsa Indonesia pada diri sendiri dan bangsa lain tentang kebebasan dari belenggu penjajah dan mendapat pertanggungjawaban dari UUD 45, segala yang terkandung dalam pembukaan UUD 45 di jabarkan kedalam pasal pasal yang ada dalam batang tubuh UUD 45.
7. Bagaimana hubungan 20 mei, 28 oktober dan 17 agustus dalam kaitannyan dengan perjuangan bangsa Indonesia?
=hubungan harkitnas,sumpah pemuda,dan proklamasi kaitannya dengan perjuangan bangsa adalah proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia bangkit bersatu sesuai dengan ikrar sumpah pemuda yang menimbulkan motivasi semangat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Sejarah dan makna ke tiganya tidak berdiri sendri tetapi mempunyai hubungan yang erat dalam sejarah bangsa Indonesia
8. Jelaskan maksud asas ius sanguinis dan asas ius soli dan berikan contohnya?
ius sanguinis yaitu mengakui kewarganegaraan  berdasarkan keturunan orangtua
contoh: seorang anak lahir di Indonesia di akui sebagai warga Negara Indonesia  karena orang tua memiliki status sebagai warga Negara Indonesia.
asas ius soli yaitu pemberian kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran
contoh: seorang anak di akui kewarganegaraan tanpa melihat dari mana asal orang tua anak tersebut.
9. Apa yang di maksud dengan bipatride atau dwi-kewarganegaraan dan a-patride atau tidak berkewarganegaraan, dan sebutkan contoh-contohnya ?
-bipatride yaitu mempunyai 2 kewarganegaraan terjadi karena seorang ibu berasal dari Negara yang menganut ius iusoli sehingga ke 2 negara tempat kelahiran dan Negara asal sama sama member status kewarganegaraan
contoh: anak lahir di Indonesia dengan seorang ibu berasal dari Negara amerika serikat ,anak tersebut dapat di akui di 2 negara apabila Negara tersebut menganut asa ius soli
-apatride yaitu tidak berkewarganegaraan terjadi karena anak lahir berasal dari ibu berkewarganegaraan yang menganut asas isus sanguinis sehingga tidak ada yang mengakui kewarganegaraannya.

Related Posts:

PEMIKIRAN THORNDIKE, SKINNER DAN AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BAB II

PEMIKIRAN THORNDIKE, SKINNER DAN AUSUBEL
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA




A. Pemikiran Thorndike dalam pembelajaran
Matematika
1 Biografi Thorndike
         
          E
 
dward LeeThorndike, lahir di Williamsburg, Massachus sets pada tahun 1874. Thorndike mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun
1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab.dia menerima beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940. Beliau menerbitkan suatu buku yang berjudul Animal intelli- gence, An experimental study of associationprocess in Ani- mal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike; belajar adalah terjadinya hubungan antara stimulus dan respons (Duane P. Schultz dan Sydney Ellen Schultz, 2013: 326)



2.  Teori belajar Thorndike
Pengaruh pemikiran Thorndike dalam studi psikologi sangat besar. Teori belajar yang dikemukakan Thorndike disebut “Connectionismkarena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Tendensi yang menuntun kepada keberhasilan dilekatkan atau terus menerus digunakan dalam sejumlah percobaan, pembelajaran semacam ini dikenal dengan pembelajaran trial and error (coba-coba) atau thorndike sering menyebutnya dengan trial and accidental succes.
Adapun Ciri-ciri belajar trial and error, antara lain;
a .  Ada motif pendorong aktivitas;
b.  Ada berbagai respon terhadap situasi;
c.  Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah;
d.  Ada  kemajuan  reaksi-reaksi  mencapai  tujuan  dari penelitiannya itu;

Dari penelitian yang dilakukan oleh Thorndike, dapat disimpulkan; “perlu adanya motivasi dalam proses belajar, sertaada efek positif atau sebagi suatu bentuk kepuasan yang akan dicapai oleh respons (Haryu Islamuddin, 2012: 67).
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (Melly Andriani dan Mimi Hariani, 2013: 20).


3.  Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee
Thorndike
a .  Hukum kesiapan (the law of readiness) dan rumusannya sebagai berikut:
1)  Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan dari organisme untuk melakukan belajar. Apabila individu sudah siap untuk melakukan suatu tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut memberi atau mendatangkan kepuasan.
2Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kekecewaan baginya, sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaannya.
3)  Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi ia terpaksa melakukannya, maka akan menimbulkan ketidakpuasan.
4)  Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku, dan menunda untuk melakukan tingkah laku tersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.
b.  Hukum Latihan (the law of exercise)
1)  Hukupeng gunaanprinsip hukuinadalah hubungan antara stilumus dan respons yang akan menjadi semakin kuat jika sering digunakannya.
2)  Hukum tidak ada penggunaan; prinsip hukum ini adalah hubungan antara stimulus dan respons yang akan melemah jika tidak diikuti dengan pengulangan (latihan).


c.  Hukum Akibat (the law of effect)
Hukum ini berbunyi “hubungan antar stimulus dan respons diperkuat apabila akibatnya memuaskan dan akan melemah apabila akibatnya tidak memuaskan”. Suatu perbuatan yang menyebabkan kesenangan atau kepuasan cender ung untuk diulang, sebaliknya apa bila tidak menyenangkan akan cenderung dihentikan.

4.  Aplikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran
Matematika
Aplikasi Teori Thorndike pada pembelajaran di kelas yang dikutip dari buku Psichology of  Learning adalah:
a .  Guru harus tahu, bahwa siswa lebih minat belajar ketika mereka merasa berkebutuhan dan berkepentingan pada pelajaran tersebut. maka guru harus memastikan bahwa kegiatan belajar tersebut penting bagi siswa.
b.  Kesiapan merupakan prasyarat untuk belajar, karena itu guru disarankan untuk mempertimbangkan kemampuan mental atau kognitif peserta didik ketika merencanakan kurikulum atau isi instruksional.
c.  Guru harus menyadari fakta bahwa siswa ingin mengulangi tindakan yang mereka terima sebagai hal positif. Oleh karena itu, guru harus selalu menggunakan berbagai strategi motivasi untuk mempertahankan minat belajar siswa di kelas.
d.  Guru harus selalu meghadirkan bahan secara logis dan cara yang lebih koheren. Ini adalah cara utama menangkap dan mempertahankan kepentingan peserta didik dalam kegiatan pedagogis.
e.  Guru harus mempertimbangkan penggunaan hukuman sebagai pilihan terakhir dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan di kelasnya. Ini disebabkan hukuman tidak



bisa benar-benar mengatasi masalah dan itu akan membuat siswa menjadi lebih keras di kelas.Guru harus menyadari pentingnya latihan atau praktek dalam proses pembelajaran. Diperkuat oleh Hull (1943) Learning may not occur unless prac- tice. Ini berarti bahwa guru harus melibatkan siswa dalam tug as atau peker jaan r umah, jika ingin tercapainya pembelajaran bermakna.

Beberapa tips yang dapat diterapkan Penerapan dalam pembelajaran matematika dari Teori Thorndike adalah sebagai berikut:
a .  Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b.  Pembelajar a yan diberika sebaikn y ber upa pembelajaran yang kontinu, hal ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap diingat oleh siswa.
c.  Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi matematika dengan cara yang menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.
d.  Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa mengingat materi terkait lebih lama.
e.  Supaya peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran, proses harus bertahap dari yang sederhana hingga yang kompleks.
f Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus segera diberi hadiah, dan yang belum baik harus segera diperbaiki.
g Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilak peser t didi ter utam ditentuka oleh



penghargaan eksternal dan bukan oleh intrinsic motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
hMateri yang diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah dari sekolah.
i Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa apa yang telah diajarkan, tetapi gur u har us tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respons yang salah.

Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peser ta didik dan har us terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi

B. Pemikiran Skinner dalam pembelajaran Matematika
1 Biografi B.F Skinner
Skinner lahir di Susquehana pada tahun1904. Ia mencapai gelar master dan Ph.D di Universitas Harvard. Mula-mula ia memutuskan untuk menjadi penulis, meskipun ayahnya menghendaki menjadi ahli hukum, karena ayahnya juga seorang ahli hukum. Pada tahun 1938 Ia menulis buku “the Behavior of Organism”.
Skinner dalam mengembangkan teorinya dipengaruhi oleh Pavlov dan Thorndike, lebih-lebih hukum epek dari hukum Thorndike. Skinner berpendapat bahwa ilmu yang benar tentang perilaku manusia harus didasarkan pada fakta empiris yang kuat (Duane P. Schultz dan Sydney Ellen Schultz, 2013:
403-405)



2.  Teori B.F Skinner
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a .  Belajar itu adalah tingkah laku.
b.  Per ubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan deng an adanya per ubahan dalam kejadian- kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c.  Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d.  Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku (Haryu Islamuddin, 2012:
82)


3.  Aplikasi Teori Skinner dalam Pendidikan
Skinner mengemukakan bahwa kontrol yang posifit (menyenangkan) mengandung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan, dan lebih efektif bila digunakan. Skin- ner mengemukakan peran utama dari pendidik adalah menciptakan kondisi agar hanya tingkah laku yang diinginkan saja yang diberi penguatan. Skinner menganjurkan untuk melakukan analisis langsung terhadap aktifitas-aktifitas yang terjadi dalam situasi praktis untuk mengenal tingkah yang pantas dan tidak pantas secara tepat.



Pendidik hendaknya membuat catatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik juga perlu mengetahui dan menentukan tugas-tugas mana yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya dan hasil-hasil apa yang diharapkan.
a .  Fokus nyata dalam pendidikan dan pengajaran adalah pemberian penguatan yang konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran yang diharapkan. Pengajaran yang berprogram adalah salah-satu model yang diajukan Skinner berdasarkan teori belajarnya. Ada beberapa prinsip pengajaran yang dapat digunakan antara lain (Haryu Islamuddin, 2012: 82):
b.  Perlu adanya tujuan yang jelas dalam pengertian tingkah laku apa yang diharapkan dicapai oleh para siswa. Tujuan diatur sedemikian rupa secara bertahap, dari sederhana menuju yang kompleks.
c.  Hasil belajar harus segera diberitahukan, jangan ditunda.
Harus segera diberi feed back, jika salah dibetulkan, jika benar diberi reinforcement.
d.  Proses belajar hendaknya mengikuti irama dari si pelajar. e.  Bahan pengajaran terprogram secara linear, yaitu sistem
modul.
f.   Tes hendaknya lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
g.   Dalam proses belajar mengajar dipentingkan aktivitas sendiri.
h.  Tidak menggunakan hukuman dalam pendidikan.
i Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar tidak menghukum.



j Tingkah laku yang tidak diinginkan, bila dilakukan siswa, diberikan perhatian, tetapi tingkah laku yang diinginkan diberi reward.
k .  Hadiah diberikan bila diperlukan.
l Sangat mementingkan shaping , yaitu pengajarahan agar mencapai tujuan.
m. Mementingkan kebutuhan yang menimbulkan tingkah laku yang operan.
n.  Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o.  Melaksanakan master y lear ning. Yaitu anak mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing, karena tiap anak berbeda irama belajarnya.
p.  Program belajar remedial bagi siswa yang memerlukan, harus diberikan agar mencapai prinsip belajar tuntas.

Contoh Penerapan Teori Skinner dalam Kasus Matema- tika; Seorang siswa diberi soal matematika sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya sendiri. Guru memuji siswa karena telah berhasil menyelesaikan soal tersebut. Dengan peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari pelajaran berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya stimulus yang demikian pada umumnya mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
Contoh lainnya dalam matematika seorang siswa yang terbiasa melakukan perhitungan matematika berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan lebih mudah mengerjakan soal yang berhubungan dengan operasi-operasi tersebut dengan cepat dan tanpa pemikiran yang lama.



C. Pemikiran AuSubel dalam pembelajaran Matematika
1 Biografi Ausubel
David Paul Ausubel (1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, sains kognitidan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel dilahirkan pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New YorkBeliau mendapat pendidikan di Universiti of Penn- sylvania dan mendapat ijazah kehormatan pada tahun 1939 dalam bidang psikologi. Kemudian Ausubel menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti Middlesex. Beliau juga  telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Ser- vice, dan telah memperoleh M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia pada 1950.
Pada 1973, Ausubel membuat keputusan untuk  terjun ke bidang akademik dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah menghasilkan berbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal psikologikal.

2.  Teori Pembelajaran Ausubel
David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar ver- bal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya (Melly Andriani dan Mimi Hariyani, 2013: 21)



Agar konsekonsep yang diajarkan menjadi bermakna, har us ada sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur kognitif . Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya tersimpan pada struktur kognitifnya.

3.  Klasifikasi Belajar Ausubel dan Cara Pengajarannya
Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada siswa. Belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk final, ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri keselur uhan infor masi yang har us diterimanya.
Cara kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, itulah yang dikatakan belajar bermakna. Siswa dapat juga mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Kedua dimensi itu tidak menunjukkan dikotomi yang sederhana, tetapi lebih mer upakan suatu kontinum.
Menurutnya, belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan. Belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.



Sehubungan dengan itu agar bahan pelajaran mudah dipelajari, Ausubel (1963) berpendapat bahwa pengetahuan diorganisasi- kan dalam ingatan seseorang secara hierarki. Oleh karena itu, ia menyarankan supaya materi pelajaran disusun secara berurutan dari atas ke bawah, dari yang paling inklusif/umum/ abstrak hingga yang paling spesifik (terinci); pembelajaran harus berjalan dari yang paling umum dan inklusif hingga rinci, disertai contoh yang khas. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar belajar menjadiber makna. geberapa syarat/ strategi tersebut di antaranya adalah dengan melakukan: ad- vance organizer; progressive differentiation; integrative rec- onciliation; dan consolidation.
a .  Pengaturan awal (advance organizer). Pengaturan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan kepada siswa jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan. Berdasarkan suatu penelitian, pengaturan awal dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai macam materi pelajaran. Pengaturan awal sangat berguna dalam mengajarkan materi pelajaran yang sudah mempunyai struktur yang teratur (Melly Andriani dan Mimi Hariyani, 2013: 20)
b.  Progressive differentiation. Menurut Ausubel pengembang- an konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang umum terus sampai kepada hal-hal yang khusus dan rinci disertai dengan pemberian contoh-contoh.
c.  Rekonsiliasi integrati(integrative reconciliation). Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.



d.  Konsolidasi (consolidation). Guru memberikan peman- tapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari materi selanjutnya.
4.  Penerapan Pemikiran Ausubel
Dalam perkembangannya, belajar ber makna dapat diterapkan melalui berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep.Penerapan peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui penguasaan siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial apa saja yang perlu diajarkan.Adapun cara pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a .  Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
b.  Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan.
c.  Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif berikut contoh-contohnya.
d.  Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah.
e.  Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep.

Contoh Penerapan Teori Ausubel dalam kasus Matematika: Dalam belajar program linier, siswa yang belajar bermakna
bisa mengkaitkannya dengan materi menggambar grafik fungsi lin-
ear dan menyelesaikan pertidaksamaan linear serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan program linier. Dan sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa mengkaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mampu
mengaplikasikannya.

Related Posts:

Entri Populer